Senin, 23 April 2012

PARAGRAF Argumentatif

PARAGRAF Argumentatif
 
Paragraf argumentasi adalah sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai keterangan dan alasan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca. Selain itu, paragraf tersebut dikembangkan dengan pola pengembangan sebab akibat. Hubungan sebab akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat. Efek yang muncul dapat berupa efek tunggal dan efek jamak (bersama-sama)


Adapun ciri-ciri paragraf argumentasi adalah sebagai berikut:
  • Paragraf argumentasi mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang dibahas
  • Paragraf argumentasi mengandung data atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan
  • Penjelasan dalam paragraf argumentasi disampaikan secara logis                                             
  • Berikut ini adalah contoh dari paragraf argumentasi:
    Pendidikan gratis hanya janji yang bergema luas saat kampanye dan pemilihan pimpinan daerah maupun pusat. Saat pemilihan usai akan lain ceritanya. Anak-anak miskin di kota, desa, dan pedalaman tetap mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak. Di perkotaan sekolah berlomba-lomba meningkatkan sarana dan prasaran dengan jalan menaikkan pungutan dengan dalil sumbangan pendidikan, uang gedung, dan lain-lain karena biasanya masyarakat perkotaan lebih memilih sekolah yang mempunyai sarana pendidikan yang baik sehingga mereka tidak akan segan untuk membayar mahal demi memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Sebaliknya di pinggiran kota, pedesaan, dan pedalaman, sekolah tidak bisa mengenakan pungutan kepada orang tua siswa karena tidak ada lagi yang bisa dipungut dari masyarakat. Para siswa harus puas dengan kondisi fasilitas pendidikan yang jauh dari kata layak.
Read More....... →PARAGRAF Argumentatif

PARAGRAF EKSPOSISI

PARAGRAF EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berisi ide, pendapat, buah pikiran, informasi, atau pengetahuan yang ditulis dengan tujuan untuk memperluas wawasan pembaca. Isi dari paragraf eksposisi adalah untuk menjelaskan suatu hal kepada pembaca dan tidak memaksa pembaca agar mau mempercayai atau mengikuti isi dari karangan eksposisi tersebut.
Ciri-ciri paragraf eksposisi


1. Berisi tentang gagasan dan pendapat penulis mengenai masalah tertentu namun tetap bersifat objektif.

2. Bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca tanpa bermaksud untuk mempengaruhi.
3. Mempunyai analisis dan bukti.

Karangan eksposisi dikembangkan menjadi beberapa jenis, dan berikut adalah beberapa jenis pola pengembangan paragraf eksposisi:


1. Eksposisi definisi.

2. Eksposisi perbandingan.
3. Eksposisi klasifikasi (pembagian).
4. Eksposisi ilustrasi (contoh).
5. Eksposisi proses.

Agar lebih jelas memahami paragraf eksposisi, berikut saya berikan beberapa contoh paragraf eksposisi.

1. Contoh eksposisi definisi
Ciplukan adalah tumbuhan semak yang biasa tumbuh di tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek dan hanya bisa ditemukan saat musim penghujan. Tumbuhan ini biasanya mempunyai tinggi antara 30-50 Cm, batangnya berwarna hijau kekuningan, buahnya berbentuk bulat dan berwarna kuning. Selain mempunyai rasa yang manis, ternyata buah ciplukan menyimpan beberapa khasiat penting untuk menyembuhkan beberapa penyakit seperti influenza, sakit paru-paru, kencing manis, dan beberapa penyakit lain. Namun meskipun memiliki beberapa khasiat penting, keberadaan tumbuhan ini sering disepelekan karena diangggap sebagai tumbuhan liar.
2. Contoh eksposisi proses
Lemon dan jeruk nipis ternyata bisa berkhasiat sebagai penghilang jerawat. Kedua buah ini mengandung citric acid yang sangat kaya dan sangat baik untuk memindahkan sel-sel kulit mati yang bisa menjadi penyebab jerawat. Cara menggunakannya yaitu dengan mencampurkan perasan lemon dengan air mawar kemudian oleskan di wajah dan biarkan selama 10-15 menit. Setelah itu bilas dengan air hangat. Penerapan terapi ini secara rutin dan konsisten selama 15 hari akan memberikan hasil yang luar biasa.
Read More....... →PARAGRAF EKSPOSISI

PARAGRAF PERSUASIF

PARAGRAF PERSUASIF
 
 
Paragraf persuasi adalah bentuk karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang, baik pembaca maupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Salah satu bentuk paragraf persuasi yang dikenal secara umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan.


Berikut ini adalah contoh - contoh paragraf persuasi :


# Contoh 1


Banyak orang yang meremehkan sampah. Bahkan, tidak terpikirkan hal yang akan ditimbulkannya. Walaupun tempat sampah banyak disesidakan, tetapi kepedualian seseorang terhadap sampah sangat kurang. Sebagai siswa, kamu sebaiknya menyadari dan memiliki sikap peduli terhadap sampah. Oleh karena itu, buanglah sampah pada tempat sampah.



# Contoh 2


Kebersihan adalah hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa kebersihan, mungkin dunia kita akan dipenuhi dengan sampah. Dimana - mana terjangkit beragam jenis penyakit yang akan menghantui manusia. Beragam bencana pun akan timbul. Oleh karena itu, marilah kita ciptakan kebersihan dimanapun kita berada.



# Contoh 3


Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semakin "obat kuat" untuk membangun rasa percaya diri. Jika rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakan praktik berpidato agar kita segera memperoleh ketrampilan atau bahkan kemahiran berpidato
Read More....... →PARAGRAF PERSUASIF

WAKAF

WAKAF
A. KETENTUAN WAKAF
Hadits: Bila seorang itu meninggal dunia, maka putuskanlah amal nya kecuali tiga perkara yaitu sodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh yang mendoakannya. (HR Jamaah, kecuali bukhari dan Ibnu majah)
Wakaf adalah menyerahkan suatu enda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya, baik oleh umum maupun oleh perorangan. Wakaf banyak dilakukan para sahabat, seperti diperintahkan Allah swt dalam qs Al Hajj:77" Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan."

" Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.:

Rukun wakaf :
Wakif (yang berwakaf) atas kehendak sendiri bukan dipaksan.
Mauquf: barang yang dwakafkan. Tidak sah wakaf kepada hamba sahaya, dan kepada anak yang masih dalah mandungan ibunya. Berwakaf kepada halayak umum/ kepentingan umum lebih utama.
Lafal: contoh:”Saya wakafkan tanah milik saya seluas 200 meter persegi ini, agar dibangun masjid diatasnya. Ada Kabul (penerimaan bagi yang menerima), kalau kepada umum tidak disyaratkan. Lafal wakat ditak boleh ditalikan (pakai syarat) karena wakaf hanya memindahkan hak milik untuk selamanya.
B. HARTA YANG DIWAKAFKAN
Wakaf dalam islam diriwayatkan dalam hadits Buhkari Muslim, bahwa Umar Ra. Memperoleh sebidang tanah di Khaibar Umar bertanya kepada Rosulullah,”Apakah perintahMu kepadaku mengenai tanah yang saya peroleh ini?”Rasulullah bersabda:”jika engkau suka, tahanlah tanah tudan engkau sedekahkan manfaatnya”.
Adapun harta yang diwakafkan saratnya adalah:
- kekal zatnya, walaupun manfaatnya diambil.
- Kepunyaan yang berwakaf dan hak miliknya dapat berpindah-pindah.
- Harta wakaf terlepas dari orang yang berewakaf.
- Harta wakaf tidak boleh dijual, diberikan, diwariskan.
- Boleh menjual harta wakaf yang manfaatnya berkurang, kemudian dibelikan barang baru dan diinfakkan kembali. (Mahzab Hambali)
- Umar pernah mengganti dan memindahkan mesjid Kufah dengan mesjid baru, bekas mesjid khufah dijadikan pasar, tentu lebih besar manfaatnya bagi masyarakat.
- Hendaknya menunjuk badan wakaf.
- Pemanfaatan wakaf hendaknya sesuai dengan keinginan yang berwakaf
.
C. PELAKSANAAN WAKAF DI INDONESIA
Mengacu pada Peraturan pemerintah No 28 tahun 1977, Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6 tahun 19977, dan Peraturan Menteri Agama No 1 tahun 1978, maka mengatur masalah wakaf, dan wakaf diserahkan kepada Departemen agama dan Departemen dalam negeri.
Jenis wakaf yang diatur oleh depag adalah wakaf Khaeri yaitu wakaf yang manfaaatnya untuk masyarakat. Sedangkan wakaf ahli yaitu wakat yang tidak diatur pemerintah tetapi perorangan seperti wakaf mobil, tikar shalat, buku-buku.
Hal –hal yang harus diketahuai masyarakat:
- unsur dan syarat wakaf: ( wakif, orang yang mewakafkan harus dewasa, sehat akalnya, tidak terhalang hokum, benda yang diwakafkan, ikrar wakaf, nadzir / badan hokum/ yang diserahi).
- Nadzir perorangan adalah: (WNI, Islam,sehat rohani, tidak dibawan pengampuan/ perwalian, terletak di kecamatan tempat barangnya diwakafkan).
- Nadzir badan hokum:(berkedudukan di Indonesia, punya perwakilan di kecamatan tempat benda diwakafkan, tujuannya bdan hokum untuk amal, kepentingan umum).
- Nadzir perorangan/ badan hokum harus didaftarkan diKantor urusan agama kec. Setempat.
- Kewajiban nadzir: mengurusi mengawasimengamankan harta, surat dan hasil wakaf.
- Hak nadzir: menerima penghasilan tidak lebih dari 10%, dapat menggunakan fasilitas barang wakaf dalam menunaikan tugasnya yang ditetapkan depag.
Tata cara perwakafan tanah dan pendaftarannya:
- calon wakif: melengkapi surat-surat seperti (sertifikat tanah, surat keterangan lurah yang diperkuat oleh camat setempat.
- Ikrar, dan Kabul/ penerimaan.
- Wakif yang tidak mampu hadir karena sesuatu yang mendesak (sakit) dapat dg cara tertulis.
- Pejabat pembuat akte ikrar wakaf (PPAIW) membuat akta setelah ikrar dilaksanakan.dibuat rangkap 3, sallinannya rangkap 4,. Lembar yang asli pertama disimpan PPAIW. Lembar kedua di lampirkan ke permohonan pendaftaran ke bupati/ walli kota madaya setempat,lembar ketiga dikirim kepada departemen agama setempat.kemudian 4 lembar salinan dibagikan ke Nadzir,Wakif, kandepag,dan kepala desa.
Read More....... →WAKAF

TATA KRAMA BERPAKAIAN DAN BERHIAS

A. TATA KRAMA BERPAKAIAN DAN BERHIAS
Fungsi berpakaian menurut al Qur’an qs al ‘a araf 7:26 adalah untuk menutupi aurat dan untuk memperindah jasmani manusia.
Aurat adalah bagian tubuh manusia yang tidak boleh dibuka dan dilihat orang lain. Aurat laki2 dewasa adalah antara pusat dan lutut, aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Pakaian yang paling Islami adalah pakaian yang dapat menutup aurat baik laki2 atau perempuan. QS Al Ahzab 33:59.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt menyuruh wanita-wanita beriman agar berpakaian, dengan menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan,manfaatnya yaitu untuk menunjukan identitas ke-Islamannya dan agar terhindar dari gangguan yang tidak diinginkan.
Mengapa orang2 beriman diperintahkan untuk memperturutkan hawa nafsunya.
Menurut Abu Hurairah, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: bahwa manusia tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mencium baunya yaitu yang berpakaian tetapi telanjang, karena pakaiannya yang tipis tembus pandang, minim, ketat hingga merangsang kaum pria. Pakaian yang indah juga diperintahkan dalam sebuah hadits:
Hadits Rasul:” Hai anak adam, apkailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid”.

Hadits2 nabi yang menjelaskan tata krama berhias:
1. anjuran untuk memotong kuku, memendekan kumis, menyisir rambut, dan merapikan jenggot.
2. anjuran untuk berharum2man dengan wewangian yang menyenangkkan hati melegakan dada, menyegarkan jiwa, serta membangkitkan tenaga dan gairah kerja.
3. larangan mencukur botak sebagian kepadan dan menyisakan sebagian lain tumbuh.
4. larangan berhias diri dengan mengubah apa yang telah diciptakan Allah swt misalnya mengeriting rambut, memakai cemara/ menyambung rambut, mencukur alis mata, membuat tahi lalat palsu dan larangan bertato’
5. laki-laki dilarang berhias diri, hingga menyerupai perempuan, begitu pula sebaliknya.

B. TATA KRAMA BERTAMU
1. Bertamu
Bertamu adalah berkunjung ke tempat kediaman orang lain, biasanya ada sesuatu keperluan. Bertamu dg niat ikhlas karena Allah swt disebut silaturahmi, yang sangat dianjurkan Allah seperti dalam hadits:”Dari Abu Hurairah ra. Bahwa dia berkata:’Saya mendengar Rasulullah bersabda: Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahmi (HR Bukhari Muslim); dalam riwayat Tirmizi dengan kalimat: Sungguh silaturahmi itu menimbulkan cinta kasih dikalangan famili, merupakan sumber kekayaan dan menyebabkan umur panjang.
Menurut ajaran Islam orang yang bertamu itu harus memperhatikan dan melaksanakan tata karma, sesuai petunjuk Allah swt:
a. mempunyai maksud baik yang diridhai Allah swt
b. menggunakan pakaian yang dapat menutup aurat, sopan berpenampilan Islami.
c. Memperhatikan keadaan orang yang ditamui, usahakan bertamu dalam keadaan tuan rumah lenggang waktunya.
d. Bertutur kata sopan, jika sisuguhi makanan maka hendaknya dimakan, jangan mencela makanan. Hadits rasul” Rasulullah saw tidak pernah mencela makanan. Jika ia suka, dimakannya dan jika tidak, maka ditinggalkan. (al Hadits).
e. Jika menginap, usahakan jangan lebih dari tiga hari, karena dapat mengganggu dan menyulitkan. Hadits:” Bertamu itu selama tiga hari” Al Hadits.
Hadits lain” tidak halal bagi seorang muslim dirumah saudaranya (bertamu) yang menyebabkan ia (tuan rumah) berdosa. Sahabat bertanya: bagaimana menyebabkan ia berdosa? Nabi menjawaba’ tinggal dirumahnya padahal engkau mengetahui bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk dihidangkannya kepadamu”. HR Muslim.
2. Menerima tamu
Tuan rumah yang menrima tamu hendaknya menjaga keselamatan tamunya , menjaga agar tamuanya merasa senang, tuan rumah hendaknya menghormatinya. Hadits” barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah menghormati tmunya (HR Bukhari Musllim)
Cara-caramenghormatitamu:
- tuan rumah berpakaian sopan dan menutup aurat.
- menerima tamu dengan wajah berseri, perilaku yang baik, berkata yang soopan. Menghormati tamu yang tua, menghargai tamu yng muda: hadits”bukan golongan kita, orang yang tidak menyayangi kaum muda, kita dan dan tidak menghrmati kaum tua kita
- tamu hendaknya dijamu, paling tidak disuguhi minuaman dan makanan ringan.
- Jika menginap, persiapkan kamar tidur, persiapkan keperluan kamar mandi, shalatnya jamuan makan sesuai kemampuan.
- Menerima tamu lebih dari tiga hari adalah sedekah
- Setiap kebaikan itu sedekah. Hadits”melayani tamu suatu kehausan selama tiga hari. Adapun selebihnya termasuk sedekah, tiap-tiap kebaikan(sikap-perilaku baik) itu sedekah”
Read More....... →TATA KRAMA BERPAKAIAN DAN BERHIAS

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN)

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
(KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN)

Pendahuluan
Peradaban Islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika berhasil merumuskan masyarakat Madani dan Piagam Madinah,1 kemudian di lanjutkan oleh Khulafa Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Utsman Ibn Afffan, dan Ali Ibn Thalib) sistem yang di kembangkan pada saat itu adalah sistem demokrasi di mana pucuk pimpinan di pilih melalui Musyawarah2 oleh beberapa orang yang di tunjuk oleh kaum muslimin atau khalifah sebelumnya,3 pasca meninggalnya Ali dan naiknya Muawiyah, sistem pemerintahan dalam Islam berubah dratis dari sistem kekhilafahan ke Monarkhi Absolut. Monarkhi Absolut di buktikan dengan di pilihnya Yazid sebagai putra mahkota, kemudian mengangkat dirinya sebagai Kholifah fi Allah, mulailah babak baru dalam pemerintahan Islam dan berlangsung terus menerus sampai kepada Khalifah Turki Usmani sebagai konsep pemerintahan Khalifah (penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat)4 terakhir dalam dunia Islam.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah. Di buktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan di awali dengan menerjemahkan naskah – naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat ilmu pengetahuan dan perpustakaan Bait al- Hikmah, dan terbentuknya madzhab- madzhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir yang menjadi ciri khas pada masa Abbasiyah lambat laun mengalami kemunduran sebab – sebab kemunduran Dinasti ini di latar belakangi oleh faktor internal dan eksternal.
Imperium kedua Islam ini muncul setelah terjadi revolusi sosial yang di peroleh oleh para keturunan Abbas dan di dukung oleh kelompok oposisi yang membrontak kepada kekuaasan Bani Umayyah seperti Syiah, Khawarij, Qodariyah, Mawali (non –Arab) dan suku Arab bagian Selatan.5
Makalah ini akan membahas sedikit proses munculnya Dinasti Bani Abbsiyah, kemajuan yang di capai, dan faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran pada masa Dinasti Abbasiyah. Dengan harapan akan terbuka wacana pemikiran terhadap peradaban Islam pada masa itu dan hikmah apa yang dapat kita ambil untuk di jadikan spirit dan pelajaran demi kemajuan Islam sekarang .
Proses Munculnya Dinasti Abbasiyah
Perjuangan Bani Abbas untuk keluar dari bayang- bayang Dinasti Umayyah secara intensif baru di mulahi berkisar antara 5 tahun menjelang revolusi Abbasiyah. Pelopor utamanya adalah Muhammad Ibn Ali al-Abbas di Hamimah. Ia telah banyak belajar dari kegagalan Syiah di karenakan kurang terorganisis perencanaan perlawanan. Selain itu secara politik6 kekuatan Syiah hanya terpusat di Kufa, yang notabene tidak bisa bergerak secara leluasa. Dari itulah kemudian Abbas mengatur pergerakanya secara rapi dan terencana sama seperti konsep gerakan- gerakan pada masa sekarang. Di mana harus di mulai dari perencanaan isu politik yang matang, kemudian bergerak secara sistematis dan taktis.
Muhammad Ibn Ali al-Abbas mulai melakukan pergerakannya dengan langkah-langkah awal yang sistematis, diantaranya; Pertama, membuat propaganda agama untuk menghasut rakyat menentang kekuasaan Umayyah, serta menanamkan ide-ide tentang hak khalifah. Kedua, membantuk faksi-faksi Hamimah, faksi Kufah, dan faksi Khurasan. Ketiga faksi ini bersatu dalam satu tujuan menumbangkan Dinasti Umayyah. Ketiga, ide tentang persamaan antara orang Arab dan Non Arab. Namun di balik isu propaganda itu ada isu yang paling penting yaitu tegaknya Syariat Islam, dimana hal tersebut tidak pernah terjadi pada masa Dinasti Bani Umayyah.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan dua tahap, yakni Pertama dilaksanakan dengan sangat rahasia tanpa melibatkan pasukan perang, mereka berdakwah atas nama Abbasiyah sambil berdagang mengunjungi tempat-tempat yang jauh, dan dalam kesempatan menunaikan Haji di Mekkah. Para pendakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pemimpinnya yang berjumlah 12 orang, dan pucuk pimpinnanya adalah Muhammad Ibn Ali. Kedua, menggabungkan para pengikut Abu Muslim al-Khurasan dengan pengikut Abbasiyah.7
Propaganda-propaganda tersebut sukses membakar semangat api kebencian umat Islam kepada Dinasti Bani Umayyah. Langkah pertama memperoleh sukses besar melalui propaganda-propaganda yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasan dengan cara menyatakan bahwa al-Abbas adalah ahli al-Ba’it, sehingga lebih berhak menjadi Khalifah dan menyebarkan kebencian dan kemarahan terhadap Dinasti Bani Umayyah, dan mengembangkan ide-ide persamaan antara orang-orang Arab dengan non Arab karena objek propaganda Abu Muslim tersebut adalah wilayah Khurasan yang notabene merupakan basis kelompok Mawali.
Propaganda dengan cara menghasut dan menyombongkan diri (membangga-bangkan kelompoknya sendiri) yang dilakukan oleh Bani Abbas sangat bertentangan dengan politik Islam dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 83 dikatakan :
Artinya : “Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.
Setelah Muhammad Ibn Ali meninggal tahun 743 M, perjuangan dilanjutkan oleh saudaranya Muhammad Ibn Ibrahim sampai tahun 749 M karena diketahui oleh Marwan Ibn Muhammad (Khalifah Bani Umayyah), Ibrahim ditangkap dan dipenjarakan di Harran, sebelum dieksekusi, Ibrahim telah menyerahkan kepemimpinan kepada keponakannya Abdullah Ibn Muhammad dan memerintahkan pusat gerakan di pindahkan dari Hamimah ke Kufah, maka pindahlah mereka diiringi pembesar-pembesar Abbasiyah yang lain seperti Ja’far, Isa Ibn Musa, dan Abdullah Ibn Ali. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salama. Pada masa inilah revolusi Abbasiyah berlangsung.
Pimpinan Bani Umayyah di Kufa, Yazid Ibn Umar Ibn Hubairah ditaklukan oleh Abu Salama pada tahun 132 H dan diusir ke Wasit, selanjutnya Abdullah Ibn Ali diperintahkan mengejar Khalifah Umayyah terakhir Marwan Ibn Muhammad bersama pasukannya melarikan diri, dan dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab (Tigris), pengejaran dilakukan ke Mausul, Harran, dan menyebrang Sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Kemudian Marwan melarikan diri hingga Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salib Ibn Ali salah seorang paman Abbas yang lain. Dengan kematian Marwan Ibn Muhammad maka berdirilah Dinasti Abbasiyah sebagai pengganti Dinasti Umayyah.
Sukses Kepemimpinan
Abdullah Ibn Muhammad alias Abu Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di masjid Kufah, ia berjanji akan memerintah sebaik-baiknya dan melaksanakan syariat Islam. Selain itu ia menyebut dirinya dengan as-saffa (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Hal ini sebenarnya akan menjadi preseden yang buruk bagi suatu kekuasaan, dimana kekuatan tergantung kepada pembunuhan yang ia jadikan sebagai alat pembenar bagi kebijakan politiknya. Ini tentu bertentangan dengan tugas ideal seorang penguasa adalah :
  1. Memelihara iman dan prinsip-prinsip yang telah disepakati bersama dengan suara bulat oleh Ulama-ulama salaf dari umat Islam.
  2. Menegakkan hokum terhadap para pelanggar hokum dan memecahkan masalah secara adil terhadap orang-orang yang sedang berselisih.
  3. Mengatur keamanan wilayah hingga penduduk bisa hidup tenang dan aman, baik di rumah, di perjalanan maupun di waktu melaksanakan tugas sehari-hari.
  4. Melindungi hak-hak perorangan dari penduduk serta menegakkan hokum sesuia dengan hokum Islam hingga setiap kejahatan terhadap Allah dapat ditekan hingga titik yang amat terbatas.
  5. Menjaga perbatasan Negara dengan berbagai pelaralatan yang dimiliki untuk menghadapi kemungkinan serangan dari luar.
  6. Berjuang melawan orang-orang yang melawan Islam, hingga kebenaran Allah bersinar di seantero wilayah itu.
  7. Memungut pajak dan mengumpulkan zakat sesuai dengan aturan syari’ah.
  8. Mengatur anggaran belanja untuk gaji karyawan/pejabat. Dan pembelanjaan lain tanpa boros atau pelit.
  9. mengangkat pegawai secara jujur berdasarkan keahlian seseorang dalam posisinya (tidak kolusi) agar tercapai kelancaran pemerintahan dan kemakmuran.
  10. Mengawasi tugas-tugas seluruh personal terutama menguji para pelaksana tugas-tugas kemasyarakatan hingga mampu mengarah pemerintahan untuk melindungi bangsa dan agama.8
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H-656 H. selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang ditetapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, pemerintahan Abbasiyah di bagi menjadi 5 periode :
  1. Periode I (132 H/750 M- 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama, Khalifah yang memerintah adalah As-Saffah 132-126 H, Ja’far al-Mansur 136-158 H, al-Mahdi 158-169 H, al-Hadi 169-170 H, Harun ar-Rasyid 170-193 H, al-Amin 193-198 H, al-Ma’mun 198-218 H, al-Mu’tasim 218-227 H, al-Watsiq 227-232 H.
  2. Periode II (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama, Khalifah yang memerintah adalah al-Mutawakkil 232-247 H, al-Muntashir 247-248 H, al-Musta’in 248-252 H, al-Mu’tazz 252-255 H, al-Muhtadi 255-256 H, al-Mu’tamid 256-279 H, al-Mu’tadhid 279 – 289 H, al-Muktafi 289-295 H, al-Muqtadir 295-320 H, al-Qahir 220-222 H, ar-Radhi 322-329 H, al-Muttaqi 329-333 H, al-Mustakfi 333-334 H.
  3. Periode III (334 H/945 M – 447 H/1055 M), disebut kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah atau masa pemerintahan Persia kedua. Khalifah yang memerintah adalah al-Muthi’ 334-363 H, ath-Tha’I 363 – 381 H, al-Qadir 381 – 422 H.
  4. Periode IV (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), disebut masa kekuasaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Abbasiyah atau masa pengaruh Turki kedua. Khalifah yang memerintah adalah al-Qa’in 422-467 H, al-Muqtadi 467-487 H, al-Mustazhhir 487-512 H, al-Mustasyid 512-529 H, ar-Rasyid 529-530 H, al-Muqtafi 530-555 H, al-Munstanjid 555-566 H, al-Mustadhi’ 566-575 H.
  5. Periode V (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), disebut masa khalifah bebas dari pengaruh Dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar di bawah pemimpin Hulaqu Khan tahun 656 H. khalifah yang memerintah adalah an-Nashir 575-622 H, azh-Zahir 622-623 H, al-Mustanshir 623-640 H, al-Musta’shim 640-656 H.9
Kebijakan politik as-Saffah yang pertama pada masa pemerintahannya adalah membasmi keluarga Bani Umayyah yang masih tersisah dengan cara mengerahkan segenap pasukan yang dipimpin oleh pamannya sendiri Abdullah Ibn Ali. Hal ini dilakukan untuk mereformasi semua sistem Dinasti Umayyah agar sesuai dengan ajaran Islam murni (Syariat Islam). Karena dianggap korup, dekaden, otoriter dan sekuler. Selain itu karena terlalu benci sampai-sampai mereka juga membongkar semua kuburan Bani Umayyah dan jenazahnya di bakar. Hanya ada dua kuburan yang selamat dari kekejaman tersebut yaitu kuburan Muawiyah Ibn Abi Sofyan karena dianggap sebagai sahabat Nabi dan Umar Ibn Abdul Aziz yang selama masa pemerintahannya menerapkan keadilan dengan seadil-adilnya. Disamping itu Ia juga memberikan sebuah lahan di Hamimah untuk digunakan oleh keluarga Abbas, sehingga bisa melancarkan propaganda dengan sebaik-baiknya pasca meninggalnya. Dan dari revolusi itu pulah hanya satu orang yang berhasil selamat yaitu Abdurrahman ad-Dakhil, kemudian mendirikan sebuah Amir di Andalusia. Al-Saffah hanya memerintah selama 4 tahun, setalah meninggal pada 134 H, pemerintahan diambil alih oleh adiknya Ja’far al-Mansur setalah dapat menyingkirkan pamannya Abdullah Ibn Ali, yang juga berusaha menjadi khalifah.
Ketika naik tahta langkah yang dilakukan oleh al-Mansur adalah menindak tegas pemberontak yang dilakukan oleh golongan Syi’ah yang merasa disingkirkan pasca naiknya as-Saffah, pemberontakan yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasan yang tidak mau tunduk kepada pusat, penduduk Syiria yang masih tunduk kepada pemerintahan Dinasti Umayyah dan orang-orang yang kecewa kepada pemerintahan baru. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa perjuangan dan konsolidasi untuk mengamankan eksistensi Dinasti Abbasiyah. Berkat visi politik dan pendekatan pragmatis yang dilakukan oleh al-Mansur, maka terjadi kestabilan pemerintah dapat terjaga. Kemudian al-Mansur mengangkat putranya al-Mahdi dan Isa Ibn Musa untuk menggantikan posisinya kelak ketika Ia meninggal sebagaimana perjanjian dengan as-Saffah. Sebenarnya tradisi ini sudah ditanamkan oleh Muawiyah ketika mengangkat anaknya Yazid. Padahal sejarah membuktikan bahwa dari tradisi ini muncul kecemburuan sosial yang menyebabkan terjadi ketidakpuasan dan berakhir pada pemberontakan dibeberapa daerah, terutama dari kalangan Syi’ah dan Khawarij. Pola seperti ini juga membuktikan bahwa Dinasti Abbasiyah menerapkan kembali sistem Monarkhi Absolut yang dulu dipraktekkan oleh kerajaan Persia, Romawi. Setelah dapat memperkokoh kekuasaan Abbasiyah al-Mansur meninggal karena sakit dalam suatu perjalanan Haji kelima bersama rombongan keluarga dan pembesar Abbasiyah. Dia meninggal dalam usia 65 tahun setelah memerintah selama 21 tahun.10
Pemerintah Abbasiyah kemudian dipegang oleh putranya al-Mahdi, yang baru berusia 30 tahun. Al-Mahdi memulai zaman pemerintahannya dengan membebaskan semua tahanan, kecuali penjahat yang dipenjarah menurut Undang-Undang dan memberikan bantuan cara hidup kepada orang-orang yang masih dipenjara dan yang anggota tubuhnya cacat. Kemudian memerintahkan untuk membangun beberapa bangunan Haram dan Masjid Nabawi dan memerintahkan untuk membangun beberapa bangunan besar beserta kolam-kolam di sepanjang jalan menuju Mekkah sebagai tempat persinggahan para musafir dan mebangun pos yang menghubungkan Baghdad dengan wilayah Islam lainnya. Selain itu, al-Mahdi juga membuat posko pengaduan dan penganiayaan serta mengembalikan harta yang dirampas ayahnya kepada pemiliknya.11
Kemudian menunpas gerakan al-Muqanna’ al-Khurasan yaitu sebuah kelompok yang ingin menuntut balas atas kematian Abu Muslim al-Khurasan dan merampas kekuasaan Abbasiyah. Lalu al-Mahdi mewariskan jabatan khalifah kepada anaknya al-Hadi dan Harun ar-Rasyid, tetapi keinginannya itu terhalang oleh Isa Ibn Musa. Berkat jabatan putra mahkota inilah Isa Ibn Musa mengalami dua kali kekejaman yaitu pada masa al-Mansur dan al-Hadi. Setelah dipaksa, ditanggalkanlah gelar tersebut oleh Isa Ibn Musa, maka al-Mahdi melantik anaknya al-Hadi sebagai putra mahkota pada 160 H dan dilanjutkan melantik Harun ar-Rasyid tahun 166 H.12 dari sini dapat kita pahami bahwa cara-cara kekerasan merupakan alternatif utama yang diambil oleh Dinasti Abbasiyah dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi terutama masalah-masalah politik. Padahal hal ini jelas bertentangan dengan agama Islam dan prilaku Nabi Muhammad.
Setelah al-Mahdi mangkat, kekuasaan Abbasiyah digantikan oleh al-Hadi 169-170 H, langkah awal yang dilakukan al-Hadi adalah melantik ar-Rabi’ Ibn Yunus sebagai menteri, tetapi beberapa waktu kemudian ar-Rabi’ Ibn Yunus digantikan oleh Ibrahim Ibn Zakuan al-Harrani dan bagaimana melenyapkan Harun ar-Rasyid agar mau menanggalkan gelar putra mahkota sehingga anaknya Ja’far dapat menggantikannya kelak. Salah satu sifat penguasa adalah bagaimana kekuasaan itu langgeng dan hanya berputar disekitar garis keturunannya. Oleh karena itu kekuasaan itu harus dipertahankan mati-matian, jika perlu dengan menghalalkan segala cara.
Kekuasaan al-Hadi tidak berumur panjang hanya satu tahun, karena al-Hadi di racun oleh ibunya Khaizuran yang lebih menginginkan Harun ar-Rasyid sebagai penguasa. Harun ar-Rasyid 170-193 H naik tahta menggantikan al-Hadi pada usia 22 tahun. ar-Rasyid merupakan puncak kegemilangan pemerintahan Abbasiyah. Dimana ilmu pengetahuan berkembang luas, kekayaan melimpah, dan stabilitas pemerintahan terkendali, ditambah lagi kebijakan pembagian kekuasaan yang adil antara putra mahkotanya yaitu al-Ma’mun untuk wilayah Khurasan, wilayah Irak untuk al-Amien dan semenanjung Arab untuk al-Qasim.
Dalam masalah pemerintahan, ar-Rasyid dibantu oleh seorang Wazir yang bernama Yahya bin Barmak, terutama setelah ibunya Khaizuran meninggal dunia pada 3 tahun kekuasaan khalifah. Yahya bin Bermak dibantu juga oleh kerabat dan keluarganya. Berkat dirinya, orang-orang Bermak dapat menguasai dapat menguasai pemerintahan Abbasiyah hingga beberapa tahun.13
Ar-Rasyid meninggal ketika menumpas pemberontakan yang terjadi di Khurasan yang dipimpin oleh Rafi’ Ibn Laith. Namun sebelumnya ar-Rasyid sudah melantik al-Amien sebagai penggantinya di Baghdad dan Yahya Ibn Sulaiman untuk menjalankan urusan pemerintahan.14
Al-Amien melanjutkan estapet kepemimpinan Dinasti Abbasiyah dari tahun 193-198 H. namun Ia kurang memberikan perhatian kepada pemerintahan, karena terlalu banyak bersenda gurau dan berpoya-poya. Ketika dating tentara al-Ma’mun dari Khurasan di bawah pimpinan Tahir Ibn al-Husain dan Hatsamah Ibn A’yam, al-Amien tidak bisa menghalaunya dan kemudian terbunuh.
Meninggalnya al-Amien langsung digantikan oleh al-Ma’mun (198-218). Karena memperoleh kekuasaan dengan cara kekerasan, maka pada awal kekuasaannya banyak pihak-pihak yang merongrong terutama pasca kepindahannya dari Khurasan ke Baghdad. Namun semua itu dapat diatasi, bahkan kekuasaan al-Ma’mun mengalami kejayaan seperti pada msa Harun ar-Rasyid. Pada masa ini juga aliran Mu’tazilah dijadikan sebagai madzhab nasional. Al-Ma’mun wafat sewaktu berperang di Tursur pada usia 48 tahun. Namun sebelumnya ia sudah melantik saudaranya al-Mu’tashim sebagai putra mahkota yang akan menggantikannya.15
Pasca meninggalnya al-Ma’mun kekuasaan Abbasiyah mulai mengalami kemunduran ditambah lagi kuatnya dominasi orang-orang Turki dan Persia, sehingga setiap saat siap merongrong kewibawaan Baghdad. Puncaknya pada masa pemerintahan al-Mutawakkil, dimana Ia mengangkat panglima besar Ashar yang berkebangsaan Turki16 dan mulailah berdiri Dinasti-Dinasti kecil merdeka di sekitar Baghdad.
Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Kemajuan peradaban Abbasiyah sebagai disebabkan oleh stabilitas politik dan kemajuan ekonomi kerajaan yang pusat kekuasaannya terletak di Baghdad. Adapun kemajuan peradaban Islam yang dibuat oleh Dinasti Abbasiyah adalah :
  1. Bidang Politik dan Pemerintahan
Kemajuan politik dan pemerintahan yang dilakukan oleh Dinasti
  1. Memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad. Kemudian menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dijadikan “kota pintu terbuka” sehingga segala macam bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukin di dalamnya. Dengan demikian jadilah Baghdad sebagai kota international yang sangat sibuk dan ramai.
  2. Membentuk Wizarat untuk membantu khalifah dalam menjalankan pemerintahan Negara. Yaitu Wizaratul Tanfiz sebagai pembantuk khalifah dan bekerja atas nama khalifah dan Wizaratul Rafwidl sebagai orang yang diberi kuasa untuk memimpin pemerintah, sedangkan khalifah sendiri hanya sebagai lambing.
  3. Membentuk Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya menjalankan tata usaha Negara.
  4. Membentuk Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah dengan cara wilayah jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang dinamakan Imaarat, dengan gubernurnya yang bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah hanya diberikan hak otonomi terbatas; yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura” atau desa dengan kepala desa yang bergelar Syaikh al-Qariyah. Hal ini jelas untuk mebatasi kewenangan kepala daerah agar tidak menyusun pasukan untuk melawan Baghdad.
  5. Membentuk Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan perang Islam untuk menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.
  6. Memperluas fungsi Baitul Maal, dengan cara membentuk tiga dewan; Diwanul Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul al-Azra’u untuk mengurusi kekayaan Negara dan Diwan Khazaainus Sila, untuk mengurus perlengkapan angkatan perang.
  7. Menetapkan tanda kebesaran seperti al-Burdah yaitu pakaian kebesaran yang berasal dari Rasul, al-Khatim yaitu cincin stempel dan al-Qadlib semacam pedang, dan kehormatan. Al-Khuthbah, pembacaan doa bagi khalifah dalam khutbah Jum’at, as-Sikkah, pencantuman nama khalifah atas mata uang dan Ath-Thiraz, lambing khalifah yang harus dipakai oleh tentara dan pegawai pemerintah untuk khalifah.
  8. Membentuk organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah Agung), dan al-Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah al-Aqaalim (hakim propinsi yang mengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah al-Amsaar (hakim kota yang mengetuai Pengadilan Negeri). 17
  9. Bidang Ekonomi
Pada masa awal pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi cukup stabil, devisa Negara penuh melimpah. Khalifah al-Mansur adalah tokoh ekonom Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan Negara (Baitul Maal).
Di sektor pertanian, pemerintah membangun sistem irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai teluk Persia, sehingga tidak ada lagi daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi. Kemudian kota Baghdad di sampaing sebagai kota politik agama, dan kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan terbesar di dunia, sedangkan Damaskus merupakan kota kedua. Sungai Tigris dan Eufrat menjadi kota transit perdagangan antar wilayah-wilayah Timur seperti Persia, India, China, dan nusantara dan wilayah Barat seperti Eropa dan Afrika Utara sebelum ditemukan jalan laut menuju Timur melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Selain itu, barang-barang kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah Timur diperdagangkan dengan barang-barang hasil dari wilayah bagian Barat. Di kerajaan ini juga, sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain Linen di Mesir, Sutra di Suriah dan Irak, Kertas di Samarkand, serta hasil-hasil pertanian seperti Gandum dari Mesri dan Kurma dari Irak.18
  1. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan ke dalam Ma’had. Lambaga ini dikenal ada dua tingkatan. Pertama, Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, menghitung, menulis, anak-anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama serta tempat penngajian dari ulama-ulama yang merupakan kelompok-kelompok (Khalaqah), tempat berdiskusi dan Munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan dan juga dilengkapi dengan ruangan perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai macam disiplin ilmu. Disamping itu, di masjid-masjid ini dilengkapi juga dnegan berbagai macam fasilitas pendidikan penunjang lainnya. Kedua, bagi pelajar yang ingin mendalami ilmunya, bisa pergi keluar daerah atau ke masjid-masjid atau bahkan ke rumah-rumah gurunya. Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka semakin banyak khalaqah-khalaqah (lingkaran pengajaran), yang tidak mungkin tertampung di dalam ruang masjid.19 Maka pada perkembangan selanjutnya mulai di buka madrasah-madrasah yang di pelopori oleh Nizhamul Muluk.20 Lembaga inilah yang kemudian yang berkembang pada masa Dinasti Abbasyiah. Madrasah ini dapat di temukan di Baghdad, Balkar, Isfahan, Basrah, Musail dan kota lainya mulai dari tingkat rendah, menengah, serta meliputi segala bidang ilmu pengetahuan.
  1. Gerakan Penerjemah
Peleopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti Abbasyiah adalah khalifah al-Mansur yang juga membangun kota Baghdad. Dia mempekerjakan orang-orang Persia yang baru masuk Islam seperti Nuwbhat, Ibrahim al-Fazari dan Ali Ibnu Isa untuk menerjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang Astronomi yang sangat berguna bagi kafilah dengan baik dari darat maupun laut. Buku tentang ketatanegaraan dan politik serta moral seperti kalila wa Dimma Sindhind dalam bahasa Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu, Manuskrip berbahasa Yunani seperti logika karya Aristoteles, Al-Magest karya Ptolemy, Arithmetic karya Nicomachus dan Gerase, Geometri karya Euclid. Manuskrip lain yang berbahasa Yunani Klasik, Yunani Bizantium dan Bahasa Pahlavi (Persia Pertengahan), bahasa Neo-Persia dan bahasa Syiria juga di terjemahkan.
Penerjemahan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab dipelopori oleh Hunayn Ibn Isyaq (w. 873 H) seorang penganut Nasrani dari Syiria. Dia memeperkenalkan metode penerjemahan baru yaitu menerjemahkan kalimat, bukan kata per kata. Metode ini lebih dapat memahami isi naskah karena sturktur kalimat dalam bahasa Yunani berbeda dengan sturktur kalimat dalam bahasa Arab.
Pada masa al-Ma’mun karena keinginan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demikian pesat, dia membentuk tim penerjemah yang diketuai langsung oleh Hunayn Ibn Isyaq sendiri, dibantu Ishaq anaknya dan Hubaish keponakannya serta ilmuwan lain seperti Qusta Ibn Luqa, Jocabite seorang Kristen, Abu Bisr Matta Ibn Yunus seorang Kristen Nestorian, Ibn A’di, Yahya Ibn Bitriq dan lain-lain. Tim ini bertugas menerjemahkan naskah-naskah Yunani terutama yang berisi ilmu-ilmu yang sangat diperlukan seperti kedokteran. Keberhasilan penerjemahan juga didukung oleh fleksibilitas bahasa Arab dalam menyerab bahasa Asing dan kekayaan kosakata bahasa Arab.21
  1. Baitul Hikmah
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Istitusi ini adalah kelanjutan dari Jandishapur Academy yang ada pada masa Sasania Persia. Namun, berbeda dari istitusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan puisi-puisi dan cerita-cerita untuk raja, pada masa Abbasiyah intitusi ini diperluas kegunaannya. Pada masa Harun ar-Rasyid intitusi ini bernama Khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
Sejak tahun 815 M, al-Ma’mun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah. Pada masa ini juga, Bait al-Hikmah dipergunakan secara lebih modern yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang di dapat dari Persia, Byzantium, bahkan Ethiopia dan India. Selain itu Bait al-Hikmah berfungsi sebagai kegiatan studi dan riset astronomi untuk meneliti perbintangan dan matematika. Di institusi ini al-Ma’mun mempekerjakan Muhammad Ibn Hawarizmi yang ahli bidang al-Jabar dan Astronomi dan orang-orang Persia bahkan Direktur perpusatakaan adalah seorang nasionalis Persia dan ahli Pahlewi Sahl Ibn Harun.
  1. Bidang Keagamaan
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Tokoh tafsir terkenal seperti Ibn Jarir at-Tabary, Ibn Athiyah, Abu Bakar Asam (Mu’tazilah), Abu Muslim Muhammad Ibn Bahr Isfahany (Mu’tazilah), dll.
Dalam bidang Hadits, mulai dikenal ilmu pengklasifikasian Hadits secara sistematis dan kronologis seperti, Shahih, Dhaif, dan Madhu’. Bahkan juga sudah diketemukan kritik Sanad, dan Matan, sehingga terlihat Jarrah dan Takdil Rawi yang meriwayatkan Hadits tersebut. Ahli Hadits terkenal di zaman ini adalah; Imam Bukhari (w 256 H), Imam Muslim (w 261 H), Ibn Majah (w 273 H), Abu Daud (w 275 H), at-Tirmidzi, An-Nasa’I (303 H), dll.
Dalam bidang Fiqh, mucul kitab Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali (w 740) yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Kemudian lahir Fuqaha seperti Imam Hanafi (w 767 ), seorang hakim agung dan pendiri Madzhab Hanafi, Malik Ibn Anas (w 795 M), Muhammad Ibn Idris as-Syafe’i (820 M), Imam Ahmad Ibn Hambal ( w 855 M).
Dalam bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof Islam terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. Dan ilmu Kalam, Mu’tazilah pernah menjadi Madzhab utama pada masa Harun ar-Radyid dan al-Ma’mun. diantara ahli ilmu Kalam adalah Washil Ibn Atha’, Abu Huzail al-Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, dan Iman Ghazali.
Ilmu Lughah juga berkembang dengan pesat karena bahasa Arab semakin dewasa dan memerlukan suatu ilmu bahsa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang dimaksud adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya. Ulama Lughah yang terkenal adalah Sibawaih (w 183 H), Mu’az al-Harra (w 187 H), Ali Ibn Hamzah al-Kisai (w 208 H), dll.
Ilmu Tasawuf berkembang pesat terutama pada masa Abbasiyah II dan seterusnya. Diantara tokoh tasawuf yang terkenal adalah al-Qusayiri (w 456 H), Syahabuddin (w. 632 H), Imam al-Ghazali (w. 502 H), dan lain-lain.22
  1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi
Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Dinasti Abbasiyah dalam bidang ilmu Pengetahuan, sains dan teknologi adalah a). Astronomi, Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w. 777 M), ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali Ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, al-Khayyam dan al-Tusi. b). Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn Rabban al-Tabari pengarang buku Firdaus al-Hikmah tahun 850 M, tokoh lainnya adalah ak-razi, al-Farabi, dan Ibn Sina. c). Ilmu Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), al-Razi, dan al-Tuqrai yang hidp pada abad ke 12 M. d). Sejarah dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke 3 H adalah Ahmad Ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir al-Tabari. Kemudian ahli Bumi yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w. 913 H).23
Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Ada dua faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah, yaitu faktor Internal (dari dalam sendiri), dan faktor Eksternal (dari luar). Faktor internal diantaranya. Pertama, perebutan kekuasaan antar keluarga merupakan pemicu awal yang akhirnya berimplikasi panjang terhadap kehidupan khalifah selanjutnya, terutama suksesi setelah Harun ar-Rasyid. Perebutan antara al-Amien dan al-Ma’mun yang memicu perang sipil besar yang pada akhirnya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah dan control terhadap provinsi-provinsi di bawah kekuasaan Abbasiyah.24 Selanjutnya dari perebutan tersebut melahirkan orang-orang yang tidak kompeten, ditambah lagi terjadi pemisahan antrara agama dan politik. Akibatnya terjadi penyalahgunaan kekuasaan dengan cara hidup dalam kemewahan dan pesta pora di Istana karena agama tidak lagi menjadi pengawas. Seperti al-Mutawakkil memiliki 4000 orang selir semuanya pernah tidur seranjang dengan dia. Khalifah al-Mutazz (Khalifah ke-13) menggunakan pelana emas dan baju berhiaskan emas.
Kemudian menurut Abu A’la al-Maududi ketika konsep khalifah digantikan dengan sistem kerajaan maka tiada ada lagi keahlian kepemimpinan yang mencakup segalanya baik dalam politik maupun agama. Sehingga keberhasilan raja-raja tidak mendapatkan penghargaan dan kewibawaan moral di hati rakyat, walaupun mereka mampu menaklukan rakyat dengan kekuasaan dan kekuatan, dan mengeksploitasi mereka demi tujuan politisnya.25Disinilah secara filosofis kelemahan mendasar dari sistem kerajaan. Selain itu secara Sosiologis system Kerajaan akan menciptakan paradigma berfikir peodalistik anti kritik, sehingga mudah sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan di dalamnya. Kedua, perpecahan di bidang akidah dan di bidang madzhab, yang masing-masing kelompok saling mengklaim paling benar, sehingga memunculkan sikap fanatisme berlebihan. Bahkan khalifah al-Ma’mun melancarakan gerakan pembasmian kepada orang-orang yang tidak mau tunduk kepada madzhab Mu’tazilah. Hal tersebut kemudian diikuti kembali oleh al-Mutawakkil yang membasmi terhadap golongan Mu’tazilah karena tidak mau tunduk kepada Ahlu Hadits.26 Terakhir, penguasaan Baitul Maal yang berlebihan akibatnya muncul justifikasi bahwa Baitul Maal adalah milik penguasa, bukan milik umat. Sehingga tidak seorang pun berhak meminta pertanggungjawaban mengenai dari mana uang itu berasal dan lari kemana uang itu kemudian. Hal ini memancing reaksi negative dari masyarakat, dan memunculkan rasa ketidakpuasan yang berujung kepada pemberontakan.
Masalah ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh Rasulullah Saw lewat sabdanya :
“Semakin dekat seseorang pada kursi kekuasaan, semakin jauhlah dia dari Tuhan; semakin banyak jumlah pengikut yang dimilikinya, semakin jahatlah ia; semakin banyak kekayaan yang dipunyainya, semakin ketat pulalah perhitungannya.27
Namun sangat disayangkan para penguasa Dinasti Abbasiyah semuanya terbuai dan lupa bahkan kepada Allah sendiri, hingga keruntuhan mereka.
Kemudian faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah adalah; Pertama, pemberontakan terus menerus yang dilakukan oleh kelompok Khawarij, Syi’ah, Murjiah, Ahlusunnah, dan bekas pendukung Dinasti Umayyah yang berpusat di Syiria menyebabkan penguasa Abbasiyah harus selalu membeli perwira pasukan dari Turki dan Persia. Konsekuensinya meningkat terus ketergantungan pada tentara bayaran dan ini pada gilirannya menguras kas Negara secara financial.28Kedua, memberikan kebaikan berlebihan kepada orang-orang Persia, dan Turki, berakibat mereka dapat menciptakan kerajaan sendiri seperti Thahiriyah di Khurasan, Shatariyah di Fars, Samaniyah di Ttansxania, Sajiyyah di Azerbaijan, Buwaihah di Baghdad semuanya dari bangsa Persia. Sedangkan kerajaan yang didirikan oleh orang-orang Turki adalah Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan, Ghaznawiyah di Afghanistan.29dan dilanjutkan muculnya Dinasti-Dinasti merdeka Umayyah di Andalusia, Fathimiyah di Afrika Utara, Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aghlabiyah, Ziriyyah, Hammadiyah di Jazirah dan Syiria, al-Murabitun, al-Muwahidun di Afrika Utara,Marwaniyah di Diyarbakar, dll. Ketiga, serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulaqu Khan. Baghdad di bumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah di bakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut menjadi hitam kelam karena lunturan tinta dari buku-buku itu.30
Analisa
Dari proposisi di atas dapat kita analisa bahwa suksesnya revolusi Abbasiyah tidak terlepas dari peran serta kelompok-kelompok yang sudah menyempal terlebih dahulu dari Dinasti Umayyah, karena merasa selalu terdzalimi terhadap pola-pola kepemimpinan yang ditonjolkan oleh khalifah-khalifah Umayyah. Rasa ketidakpuasan ini secara psikologi menciptakan “sidrom traumatik” terutama bagi kelompok Syi’ah dn Khawarij yang sejak lengsernya Ali Ibn Abi Thalib selalu di buru dan diasingkan. Maka tidak mengherankan jika pada awal-awal pemerintahannya Abu Abbas as-Saffa menciptakan sebuah kebijakan politik “pembumihangusan” etnis Umayyah dari muka bumi. Disamping untuk balas dendam atas kebiadaban Dinasti Umayyah juga rasa terima kasih atas bantuan dari kelompok-kelompok oposisi tersebut, sehingga diharapkan mereka terpuaskan dan akan loyal dalam mendukung kekuasaan Dinasti Abbasiyah di masa mendatang. Dan hal yang tidak bisa dilepaskan mudahnya mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok tersebut adalah janji penegakan syariat Islam dan terciptanya kehidupan tanpa ketakutan dan kekerasan yang tidak pernah mereka dapatkan pada masa Dinasti Bani Umayyah.
Pasca As-Saffa dan naiknya Ja’far al-Mansur rupanya menjadi awal bangkitnya kembali “solidaritas keluarga”, ini terlihat dari penyingkiran kelompok oposisi yang notabene sekutu utama dalam penumbangan Dinasti Umayyah dan pergantian kekuasaan diserahkan kepada Putra Mahkota agar kekuasaan hanya berputar pada keluarga Bani Abbasiyah. Kebijakan ini jelas mencerminkan sifat haus kekuasaan dan lunturnya nilai-nilai demokrasi akibatnya hilang prinsip persamaan, kebersamaan, dan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi seperti yang pernah dipraktekan oleh Rasulullah.31 Padahal semua itu adalah tugas utama seorang khalifah.
Sifat seperti ini bukan merupakan “barang baru” dalam dunia Islam. Khalifah Utsman Ibn Affan adalah “The Best Teacher” yang telah mengajarkan bagaimana kekayaan terkonsentrasi pada segelintir orang. Dalam pada itu, pengaruh kerajaan Persia yang monarkhi absolute juga mendukung terciptanya iklim seperti itu, ini terlihat dari pindahnya Ibu kota dari Damaskus ke Baghdad, lalu dilanjutkan dengan mencontoh secara besar-besaran model-model kekuasaan dan administrasi Negara Persia.32
Namun bagaimana pun jeleknya Dinasti Abbasiyah secara politik, mereka telah berhasil menorehkan tinta emas dalam peradaban Islam, terutama keberhasilan mereka dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara menerjemahkan secara besar-besaran kitab-kitab klasik peninggalan Yunani, Persia, India, China ke dalam dunia Islam. Sehingga wajar banyak ilmuwan berpendapat bahwa masa ini adalah masa kejayaan Islam yang paling gemilang atau dalam bahasa Ashar Ali zaman Islam Mahayana.33dan kejayaan seperti ini sulit kita jumpai di Negara-negara yang mengatasnamakan Islam. Disamping itu Dinasti ini menunjukkan sifat keislamannya yang lebih menonjol daripada sifat kearabannya. Dua orang di antara khalifah-khalifahnya yang menjadi penunjang utama dalam menggulingkan dinasti Bani Umayyah dan menegakkan dinasti Bani Abbasiyah adalah orang-orang Persia. Oleh karena itu tidaklah aneh kalau kepada-kepala dinasti ini berusaha memelihara keseimbangan yang seadil-adilnya antara unsur Arab dan unsur Persia di dalamnya. Tentu berbeda dengan Dinasti Bani Umayyah yang lebih kuat unsur Arabnya sehingga mengkotak-kotakkan masyarakatnya dalam Arab dan non Arab. Perpecahan baru terjadi pasca meninggalnya Harun ar-Rasyid, ketika kedua putranya berperang berebut kekuasaan. Yang satu hendak memperkokoh kedudukan orang-orang Arab. Sedangkan yang lainnya bertekad hendak memperkokoh kedudukan orang-orang keturunan Persia.34
Runtuhnya sebuah Dinasti-Dinasti Islam pasti berawal dari pola hidup yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ini menandakan bahwa Dinasti Abbasiyah tidak pernah mau belajar dari sejarah kehancuran Bani Umayyah. Disamping itu, mempercayakan keamanan berlebihan kepada suatu kelompok, jelas akan berakibat pada lunturnya nilai persatuan di antara masyarakat itu sendiri.
Pada masa sekarang kebijakan seperti ini diikuti oleh kerajaan Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab yang mempercayakan keamanannya kepada pasukan Amerika dan balasannya Amerika berhak mengeksploitasi minyak dan mendirikan pangkalan militer di Negara-negara tersebut. Padahal ini adalah bagian dari penjajahan sistemik dan pembodohan sturktural yang nantinya akan melemahkan sendi-sendi pemerintahan dan nasionalisme kebangsaan masyarakatnya.
Selanjutnya kondisi Baghdad sekarang sungguh sangat memperihatinkan setiap hari kita melihat konflik-konflik berdarah. Perang memang tidak pernah menyelesaikan masalah. Bahkan justru melahirkan masalah baru, tidak hanya dari aspek politik, kemanusiaan, sosial kemasyrakatan. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam bersatu dalam satu kata muslim yang satu dengan muslim yang lain adalah saudara, jika salah satu sakit maka yang lain juga sakit.
Kesimpulan
Dari deksipsi di atas dapat disimpulkan bahwa Dinasti Ababsiyah merupakan masa kejayaan umat Islam, berkuasa mulai Khalifah Abu Abbas as-Saffa hingga al-Musta’shim sebagai khalifah terakhir. Rentan waktu yang lama ini telah menghasilkan banyak kemajuan dalam peradaban Islam, terutama sejak menerjemahkan kitab-kitab klasik dari bangsa Yunani, Persia, India, baik dalam bidang politik pemerintahan, ekonomi, agama di mana lahir para pemikir-pemikir Islam baik dari bidang Filsafat, Kalam, Fiqh, maupun Tasawuf, dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Selain itu lahir pula pakar-pakar ilmu astronomi, geografi, sejarah, dan lain sebagainya, yang nantinya sangat berperan besar terhadap munculnya renaissance di dunia Eropa. Namun dibalik kemajuan itu, Dinasti Abbasiyah menyisahkan noda bagi peradaban Islam itu sendiri, terutama pembantaian-pembantai manusia setiap pergantian kekuasaan. Dan hal yang paling penting sekarang dapatkah kita merefleksikan kemajuan dan kemunduran Dinasti Bani Abbasyiah dalam kehidupan kontemporer, sehingga menjadi sebuah spirit perubahan radikal. Wallahu a’lam bi Shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S., Citra Islam (Tinjauan Sejarah dan Sosiologi), Jakarta: Erlangga, 1992, cet. I.
Al- Wa, Muhamed, Sistem Politik dan Pemerintahan Islam, Surabaya ; bina ilmu, 1983, cet. 1.
Al-Afifi, Abdul Hakim, 1000 Peristiwa dalam Islam, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), cet. I
Al-Maududi, Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan (Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan Islam), Bandung: Mizan, 1984, cet. I.
Amien, Ahmad, Islam dari Masa ke Masa, Bandung: Rosda, 1987, cet. I.
As-Salus, Ali, Imamah & Khilafah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. I
Bosworth, C. E. , Dinasti-Dinasti Islam, Bandung: Mizan.
Budiahardjo, Mariam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1999.
Engineer, Ashar Ali, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, cet. IV.
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Hasjmy, A. , Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, cet. I.
Ismail, Faisal, Islam (Idealita Ilahiyah dan Realitas Insaniyah), Yogyakarta: Tiara Wacana Group, 1999, cet. I.
Lapidus, Ira, Sejarah Sosialt Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm. 193.
Maryam, Siti, dkk (ed), Sejarah Peradaban Islam, (Dari Masa Klasik Hingga Modern), (Yogyakarta: Lesfi, 2004), cet. I.
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997.
Nasr, Sayyed Hosein, Relegion, History, and Civilization, New York: Herpercollins Publishers, 2002.
Naufal, A. Raziq, Umat Islam dan Sains Modern, Bandung: Husaeni, 1978.
Salim, Abdul Mu’in, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, cet. I
Shiddiqi, Nourozzaman, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta: Putaka Pelajar, 1995.
Sou’yb, Joesoef, Sejarah Dinasti Abbasiyah II, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, cet. I.
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Jakarta: al-Husna Zikra, 1997.
Thohir, Ajib, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm 44-45
Tohir, Muhammad, Sejarah Islam (dari Andalusia sampai Indus), Jakarta: Dunia Pusataka Jaya, 1981
Umari, Akram Dhiyauddin, Masayrakat Madani (Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi), Jakarta: Gema Insani Press, 1999, cet. I
Watt, William M. , Kejayaan Islam; Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990, cet. I.
Zaidan, Jurji, History of Islamic Civilization, New Delhi: Bhavan, 1978.
Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, cet. V
Read More....... →PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN)

LAUS UND LEBER

LAUS UND LEBER

Redewendung ini digunakan untuk anda yang sudah mencapai level Mittelstufe. Tetapi untuk pemula, bolehlah belajar agar sekedar tahu. 
jemandem ist eine Laus über die Leber gelaufen
Ungkapan ini digunakan jika orang cemberut atau uring-uringan atas sesuatu hal yang tidak jelas atau masalah remeh temeh.
„Sag mal, was ist mit dir eigentlich los? Ist dir heute eine Laus über die Leber gelaufen?“
Artinya:
"Ada apa sih sama kamu? Kok uring-uringan seperti ini?"
Kamus:
Laus = kutu
Leber = hati, liver
gelaufen dari kata laufen = berjalan cepat, berlari
was ist ... los ? = ada apa?
Read More....... →LAUS UND LEBER

PLURAL UND PRATERITUM

PLURAL UND PRATERITUM

Plural

Pembentukan plural dalam bahasa Jerman mempunyai beberapa pola. Misalnya ditambah -e, -e dan umlaut pada vokal, -n, -en, -er dsb, atau justru tak perlu ditambah apa-apa.

Saya sering ditanya, bagaimana cara menghafalkannya. Jawabannya cuma satu : HAFALKAN. Tapi sebenarnya, kalau kita sering berlatih dan membaca, kita akan hafal.

Di bawah ini hanya sebagian saja perubahan yang ada.

der Abstand – Die Abstände
der Anfang- die Anfänge
die Angst- die Ängste
der Apfel- die Äpfel
der Arzt- die Ärzte
der Ast- die Äste
der Auftrag- die Aufträge
die Axt- die Äxte

der Bach- die Bäche
das Bad- die Bäder
der Ball- die Bälle
das Band- die Bänder
die Bank- die Bänke
der Bart- die Bärte
das Blatt- die Blätter
der Brand- die Brände

das Dach- die Dächer
der Damm- die Dämme
der Dampf- die Dämpfe
der Darm- die Därme

der Faden- die Fäden
der Fall- die Fälle
das Fass- die Fässer

das Gehalt- die Gehälter
der Gang- die Gänge
die Gans- die Gänse
der Garten- die Gärten
das Glas – die Gläser
das Grab- die Gräber


Bentuk Präteritum Kalimat Pasif

Pola kalimat pasif adalah Subyek + werden + Partizip Perfekt.

Bagaimana membuat kalimat pasif dalam tempora lampau atau Prãteritum? Mudah saja, yaitu dengan mengubah kata bantu werden ke dalam bentuk pasif yaitu wurden.

Jadi pola kalimat pasif Prãteritum adalah Subyek + wurden + Partizip Perfekt.

Konyugasi kata bantu wurden :
ich wurde
Du wurdest
Er/sie/es wurde
Wir wurden
Ihr wurdet
Sie/sie wurden

Contoh kalimat :
Das Haus wurde letztes Jahr gebaut
Read More....... →PLURAL UND PRATERITUM

DIE EINFACHE VERBFORMEN

DIE EINFACHE VERBFORMEN


PRÄSENS
A. Schwache Verben ( Kata Kerja Lemah )
1. Aturan secara umum
SINGULAR
PLURAL
ich du
er
sie
es
Sie
sag-e sag-st
sag-t
sag-t
sag-t
sag-en

wir ihr
sie
sag-en sag-t
sag-en
2. Jika Wortstamm dari kata kerja berakhir dengan –d, -m, -n , maka mendapat akhiran sebagai berikut
:
PERSON baden atmen rechnen
ich du
er, sie, es
Sie
wir
ihr
sie
bad-e bad-e -st
bad -e-t
bad -en
bad -en
bad -e-t
bad -en
atm – e atm-e -st
atm-e-t
atm-en
atm-en
atm-e-t
atm-en
rechn-e rechn-e -st
rechn -e-t
rechn -en
rechn -en
rechn -e-t
rechn -en
B. Starke Verben ( Kata Kerja Kuat )
Starke Verben dalam bentuk Präsens mempunyai peraturan yang sama dengan Scwache Verben dalam hal penambahan akhiran (Endungen) sesyai dengan personnya, sedangkan aturan yang lainya adalah sebagai berikut :
Starke Verben mit dem Stammvokal –e, -a, -au dan –o berubah stammvokalnya
-a zu -ä
-e zu –i (-ie)
–au zu –äu
-o zu ö (Umlaut)
Person nehmen laufen stoβen fahren
ich
du
er, sie, es
Sie
wir
ihr
sie
nehm-e
nihm -st
nihm-t
nehm -en
nehm -en
nihm-t
nehm -en
lauf-e
läuf-st
läuf-t
lauf -en
lauf -en
läuf-t
lauf -en
stoβ-e
stöβ-st
stöβ-t
stoβ -en
stoβ -en
stöβ-t
stoβ -en
fahr – e
fähr-st
fähr-t
fahr-en
fahr-en
fähr-t
fahr-en
C. SEIN , HABEN

PERSON

sein

haben

ich
du
er, sie, es
Sie
wir
ihr

sie

bin
bist
ist
sind
sind
seid

sind

habe
hast
hat
haben
haben
habt

haben

D. Die Formen des Präsenssatz
( + ) Ich komme aus Kediri.
( – ) Ich komme nicht aus Kediri aber ich komme aus Banjarmasin
( ? ) Woher kommst du ?
( ? ) Kommst du aus Kediri ?
Read More....... →DIE EINFACHE VERBFORMEN

MAKET

MAKET


maket-11_resize
foto041_resize
Maket. Bagi yang berkecimpung di dunia desainer terutama arsitek tentunya sudah familier dengan kata satu ini.
Maket seperti judul di atas merupakan penyambung lidah dari desainer. Maket dapat berbicara seribu kata, sementara dalam waktu yang sama si arsitek baru berbicara satu kalimat saja.. (wow).
Keunggulan maket adalah daya interaktifnya. Pengamat dapat dengan mudah menggerakkan badannya untuk melihat angle yang berbeda dalam mengamati. Bila ia ingin mengamati sisi depan, maka bergeraklah ia ke depan. Bila ia ingin melihat bagian dalam, maka bergeraklah dia ke bagian dalam. Nginceng. Begitu istilahnya. Sistem interaktif maket pada dasarnya mengalahkan program 3D. Karena pengamat dapat dengan leluasa memilih bagian mana yang hendak ia lihat. Berbeda dengan program 3D yang membutuhkan operator sebagai bantuan. Berbeda pula dengan animasi 3D (film) yang view dan angle cameranya sudah di set oleh sang sutradara. (non-interaktif).
Pada prinsipnya maket dibagi menjadi 2. Maket studi, dan maket penyajian.
Maket studi dibuat ketika seorang desainer sedang mencari bentukan. Si desainer belum tahu bentukan bangunan final nanti seperti apa. Melalu maket studi, ia mencoba, mencoba dan mencoba lagi. Tujuannya hanya satu. Mendapatkan bentukan yang baik tanpa mengurangi kualitas penataan ruang di dalamnya. Bahasa maduranya “Trial and Error” alias coba-coba. Buat bentukan kotak, kok jelek ya? dipotong sedikit jadi segitiga. Lalu ditambahkan jendela kecil-kecil. Lho kurang match ya? Jendelanya dibesarkan lagi. Begitu seterusnya..
img_4739_resizeimg_4741_resizeimg_4730_resizeimg_4745_resizeimg_4748_resize
img_4747_resize
Foto-foto di atas adalah maket studi yang biasanya kami buat di kantor kami. Bahannya tidak mahal. Cuma karton biasa.
Mungkin lalu timbul pertanyaan di benak anda. Sekarang ini sudah jaman canggih. 3D sudah maju pesat. Lho kok kantor saya masih ‘jadul’ pakai jurus gunting dan lem?
Entah saya yang ‘old fashioned’ atau bagaimana.. Menurut saya, dalam desain bangunan yang kompleks (tidak sederhana), dimana kompleksitas desain sedemikian tinggi, saya wajib membuat maket studi…
Hal yang tidak tergantikan dari maket studi adalah “sense of space“nya sangat terasa. Skala manusia, skala mobil, skala megah… semuanya begitu terasa. Feel ini sangat dibutuhkan dalam membayangkan bangunan yang di desain. 3D komputer memang dapat melakukan hal serupa. Tapi karena tampilannya tetap 2D di layar monitor tetaplah merupakan kendala tersendiri.. Hal demikian yang menyebabkan kantor kami masih membuat “prakarya” hingga dewasa kini.
Pernah beberapa kali saya mengadakan rapat lintas tim. Tim Arsitektur, Tim Struktur, Tim Mekanikal Elektrikal saya kumpulkan untuk koordinasi rutin. Hal yang tidak saya sangka adalah rapat tersebut dapat membahas masalah hingga tuntas hanya dengan menghadapi maket!
Tinggal tunjuk posisi yang ingin diceritakan, lalu dikupas tuntas. Semua mengerti, tak ada detail yang tertinggal. Menceritakan air hujan, Tim Mekanikal tinggal bercerita sambil menunjukkan tangannya ke arah atap, tiang kolom yang dimaksud dan berbagai posisi lainnya. Tim Struktur mendapatkan gambaran desain secara global. Secara makro mereka sudah dapat memetakan titik-titik tertentu yang butuh perhatian khusus, terutama jarak yang mempunyai bentang lebar.
Hingga rapat tersebut selesai, LCD proyektor beserta laptop yang telah saya sediakan sama sekali tidak terpakai. Para tim yang hadir lebih menyukai membahas permasalahan mereka dengan menggunakan maket daripada LCD proyektor.
Pada hari itu, saya belajar banyak mengenai kegunaan maket dalam koordinasi antar tim.
MAKET JADI aka MAKET PEYAJIAN
Bila kita beranjak satu tingkat lebih tinggi, maka kita akan menjumpai MAKET FINAL.
Hanya sedikit orang yang berkecimpung dalam bidang ini. Selain sulit, mereka yang mengejakan setidaknya harus mempunyai background arsitektur. Mereka harus bisa membaca dan membuka file CAD. Harus mempunyai ketelatenan tinggi, kesabaran extra dan kuat lemburan!
Bisa dikatakan orang yang membuat maket penyajian adalah bentuk lain dari seniman. Seniman miniatur.
Saya sendiri bukanlah seorang seniman maket. Sampai saat ini, saya masih sering terpesona oleh rekan-rekan di bidang ini. Ketelatenan mereka, kerapian pekerjaan mereka, kesabaran mereka, dan kekuatan mereka untuk tidak tidur!
Bayangkan membuat sesuai dalam ukuran kecil. Untuk merekatkan saja harus pakai bantuan pinset. Tidak bisa pakai tangan karena terlalu besar. Lem biasanya dimasukkan ke dalam jarum suntik agar tidak jembret ketika bekerja.
Kemarin ketika koordinasi seputar pekerjaan yang kantor kami terima, salah satu dari tim maket kembali membuat saya bengong. (terpesona). Tiang-tiang bangunan yang kami desain bermotif ukir, dibuat oleh mereka! dan hasilnya sama persis. Wow.
Di bawah ini saya coba urutkan gambar mulai dari maket studi,  tiga dimensi rencana hingga maket jadi.
img_4741_resize
01 - Maket Studi
overview_resize
02 - Tiga Dimensi Komputer
foto041_resize1
03 - Maket Final (dalam proses)
Perhatikan desain tiang kami berikut ini. Lalu bandingkan dengan hasil “batik” dari tim maket. AMAZING!
kepala-kolom
Desain tiang dengan ornamennya
img_0173_resize
Ukiran dari tim maket - Pensil sebagai perbandingan skalanya. Lihat betapa kecilnya!
img_0171_resize
Model awal yang akan digunakan sebagai cetakan
img_0172_resize
Hasil cetakan tiang dengan ornamennya.Wow!
Luar biasa! cuma kata-kata itu yang terus lewat di kepala saya. Memang tidak semua orang bisa menjadi seniman seperti di atas. Seni dengan bidang yang unik. Menarik untuk diperhatikan dan diamati.
Masih ada beberapa lagi hal yang membuat saya kagum. Dinding yang kami desain mempunyai bentukan keluar-masuk. Tim maket membuatnya persis! Bahkan hingga ke pola lantainya.
Saya sampai geleng-geleng. Mungkin tinggal saya tambahkan boneka barbie dan Ken. Jadilah maket itu rumah mereka. Hehehehe.
Well, setidaknya tulisan ini saya tulis untuk mengungkapkan kekaguman saya kepada seniman di belakang layar. Seniman yang seringkali tidak terdengar dan di nomor duakan. Pengamat maket lebih sering menanyakan : “Siapa arsiteknya?” ketimbang “Siapa yang membuat maketnya?”.
Semoga melalui tulisan ini kita dapat melihat dan mulai menghargai jasa seniman miniatur ini. Seniman dalam bidang yang unik dan menarik.
Salam.
Erwin.
Read More....... →MAKET

Template by:

Free Blog Templates